Sabtu, 30 Mei 2015

Lindungi Kekayaan Budaya dengan Ikut Lomba Penulisan Cerita Rakyat 2015


Tanggal: 
Thu, 05/28/2015 - 11:45
Intro: 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Ditjen Kebudayaan menyelenggarakan Lomba Penulisan Cerita Rakyat 2015.
Isi: 
Jakarta, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Ditjen Kebudayaan menyelenggarakan Lomba Penulisan Cerita Rakyat 2015. Kegiatan yang berlangsung sejak Mei-Oktober 2015 ini bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas bercerita di kalangan masyarakat dalam rangka melindungi kekayaan budaya.
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya.  Keberagaman suku dan adat istiadat membuat Indonesia menjadi negeri yang sangat unik dengan latar belakang yang menarik seperti cerita rakyat yang diyakini oleh masyarakat daerah asalnya, baik dalam jenis mite, legenda maupun dongeng.
Namun, saat ini cerita rakyat  kurang diminati oleh masyarakat. Banyaknya jenis cerita dari luar negeri membuat masyarakat, khususnya anak-anak beralih untuk meminati jenis cerita tersebut padahal cerita rakyat Indonesia sendiri selain juga memiliki banyak aspek pendidikan,  filosofi dan manfaat, orisionlitas dan khas budaya bangsa Indonesia.
Cerita rakyat  mengandung ajaran budi pekerti atau pesan yang mendidik. Melalui cerita rakyat  dapat dikembangkan sifat-sifat positif, misalnya menghormati orang tua, menghargai orang lain, kasih sayang, kejujuran, persahabatan, dan gotong royong. Dengan penyampaian yang mudah dan menarik diharapkan masyarakat terutama anak-anak sadar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Cerita rakyat tentunya memiliki kesan sejarah dan budaya yang kental sehingga melalui cerita rakyat  masyarakat khususnya anak-anak dapat mencintai dan mengenal budaya dan bangsa Indonesia.
Pendaftaran lomba penulisan cerita rakyat dibuka dari Juni hingga Agustus 2015. Dengan tema ‘Cerita Rakyat sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa’, peserta dapat menulis kembali cerita rakyat yang bersumber pada cerita rakyat Indonesia dengan versinya sendiri baik dalam jenis mite, legenda, maupun dongeng. Ada dua kategori yang dilombakan, yaitu cerita rakyat untuk anak dan cerita rakyat untuk umum.
Setiap naskah yang dikirimkan wajib karya orisinil perorangan yang belum pernah dipublikasikan dimanapun dan bersumber pada cerita rakyat Indonesia. Cerita rakyat ini diharapkan merupakan cerita yang belum banyak digali di masyarakat. Setiap peserta bisa mengirimkan satu judul naskah dengan panjang 10.000-15.000 karakter (10-15 halaman) tanpa gambar atau ilustrasi. Judul setiap cerita yang dibuat bebas dan tidak mengandung SARA, pornografi, dan kekerasan.
Setiap naskah dan identitas penulis (KTP/Kartu Pelajar) dapat dikirim dalam bentuk softcopy ke panitia lomba ke alamat email kekayaanbudaya@gmail.com atau hardcopy ke alamat: Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kompleks Kemdikbud Gedung E Lantai 10. Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat. Telepon: (021) 5725047/5725564. Peserta juga dapat mem-follow akun twitter @budayasaya dan fanspage FB kebudayaanindonesia.
Bagi pemenang lomba disiapkan hadiah menarik berupa uang tunai mulai dari Rp5.000.000 – Rp30.000.000. Selain itu juga disediakan hadiah hiburan untuk enam orang masing-masing Rp2.000.000.  Melalui lomba ini Kemendikbud berharap dapat mendokumentasikan cerita-cerita rakyat yang dimiliki Indonesia dan menanamkan nilai-nilai budaya sehingga dapat teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. (Aline Rogeleonick, Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Foto: 

Kertas serta Impian

Bunga itu akhirnya pupus menerima jarak,
pelukan dan kesakitan. bagaimanapun aku akhirnya menerima tawa
dan selembar tangis bernama sangsi.
Pernahkah kalian melihat awan terbelah?
membentang dari jarak dan mimpi yang membusur itu?
atau dengan langit yang mulai malu akan keadaan.
Dimanakah rumahmu itu
sebab aku ingin mengajakmu berdialog dengan Tuhan
dengan hal-hal yang ingin kupandang lebih melebihi langit itu.
atau gejala-gejala otentik yang dahulu kau sebut impian
dengan kode-kode 666 dan rumus akar kuadrat
aku menjawabnya dengan lugu sekali lagi.
impian dan hal-hal yang kuinginkan telah kau dapati
melebihi ruap lukisan dalam tanah
dan api dengan pelukan.
kertas itulah yang kumaksud
putih polos dan berlubang

Bangkit Prayogo

Selasa, 26 Mei 2015

Lenyapnya Pagi dan Gerimis Hujan



LENYAPNYA PAGI DAN GERIMIS HUJAN

Hujan menciumku dengan aroma kosmetik tubuhmu resapan halus kulitmu juga berkelana bunga Garcia yang gugur saat hujan semi tiba, kulihat juga ujung jendela, bagaimana tetesan hujan dan embun menyetubuhi dengan obat tidur dan segelas jus tomat yang segar. Lalu pagi ini kau tiba dengan kereta kuda, melewati awan-awan dan matahari yang malu. Kuingat saat aku mulai berkemas, kau melangkah dengan sungai yang jernih, mencabuti rerumputan yang hijau dan kini tiba saat hujan berhenti membasahi kilau dahimu. Dan kau pergi ke nirwana, berdoa agar gerimis ini melukai hati yang redup, dan sedang bercumbu mesra diatas daun talas, kau mengerti jika langit itu tidak berhenti hanya di kota piazenza, kini aku diam melangkah dibelakangmu untuk menghayal pagi yang tertimbun embun basah dari kuncup cerita.

Bangkit Prayogo

Minggu, 24 Mei 2015

SITUASI

Aku juga telah menggali berbagai mecam jiwa
mulai dari benci, suka, dendam, dan gelisah.
Aku tinggal memilahnya, menjadikannya berbagai
sunyi yang kelak akan tidur disamping tubuhku.
Bersama bunga atau macam-macam daun yang kuingat pada pagi.
Setelah itu terjadilah kenangan, yang ada karena sebab hati.
Dari suatu kenangan itu ada pucuk daun akan gugur pada hatiku.

Bangkit Prayogo

Dari sisa malam kemarin

pada kelembutan luka itu
aku pernah bersajak duka dan sebilah bisu
dengan malam, dan seribu kemungkinan
yang tersisa bagai debu laut itu
aku telah memuja sebagai lingkaran
batu dari laut, dan sisa kematian
yang bergaris di sebelah tumbuhan
serta, menjadi indah ketika duka
atau bentuk-bentuk debu mencemari mukaku
mencari sisa malam, kemungkina, serta kebaikan
dari sebuah mimpi malam kemarin
aku bercerita kemungkinan laut itu.

Bangkit Prayogo

Jumat, 22 Mei 2015

Jiwa

Seperti malam, dan ungkapan ganjil
dalam jiwa kita masing-masing.
apakah ada yang tidak mengerti akan ini?
bertanyalah kepada keadaan
atau kepada bintang yang enggan datang
menemuimu.

Bangkit Prayogo

Dia

Dia menunggumu dari sisa embun
yang pergi. Seperti kisah terlentang di
tengah kenyataan jiwamu. ingin kuragukan
bentuk-bentuk luka yang tersisa
dari hanya sekejab mimpi, kenangan atau
pelampiasan rindu kemarin.
kau pandang bentuk bintang
mengajaknya bercerita hari kemarin
hari selanjutnya dan hari selepas kepergianmu.
sejenak kuluruskan kakiku
memandang langit yang luka.
dan kupandang wajahmu tersenyum di
sekitar pasir lautan
melamun bergurau dengan anak-anak ketika tidur.
kenanglah luka
hari-hari setelah malam ini, dan menjadikannya sunyi.

Bangkit Prayogo

Kamis, 21 Mei 2015

Jambore sastra Jawa Barat 2012

Sebanyak sembilan provinsi mengikuti Jambore Sastra 2012. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 12 s.d. 15 Juni tersebut menampilkan sejumlah pertunjukan sastra yang digelar di Taman Budaya Jawa Barat. Mengawali kegiatan tersebut, tampil grup musikalisasi puisi Senandung Beranda yang beranggotakan para pegawai Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat. Setelah sambutan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, pada kesempatan itu Visarah Novika yang baru saja memenangi pemilihan Duta Bahasa Tingkat Provinsi Jawa Barat menampilkan kebolehannya menari. Selanjutnya, para peserta dari Sembilan provinsi pun menampilkan pertunjukannya.
Ada hal yang patut dicatat dalam kata sambutan yang disampaikan oleh Kepala balai Bahasa provinsi Jawa Barat berkenaan dengan kenyataan sejarah. Dalam sambutannya tersebut, Drs. Abdul Khak, M.Hum. menjelaskan bahwa kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya dari sejumlah balai yang tergabung dalam Paguyuban Balai/Kantor Bahasa Se-Indonesia Timur untuk memberi ruang dalam jiwa generasi muda untuk mengapresiasi sastra. Merujuk kepada sejarah bangsa-bangsa di masa lalu, Kepala Balai meyakini bahwa kemajuan peradaban suatu bangsa lebih banyak ditentukan oleh hal yang nonfisik semacam pemikiran sebagaimana yang terjadi pada bangsa Yunani. Untuk itu, Ia berharap agar kegiatan mengapresiasi sastra ini untuk tetap terus dilanjutkan seraya mencari model apresiasi sastra yang lebih baik lagi.
Dalam acara inti, yaitu penampilan para peserta, perwakilan dari Provinsi Kalimantan Selatan menjadi peserta pertama yang tampil di atas panggung. Selanjutnya diikuti berturut-turut oleh perwakilan dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan diakhiri penampilan dari provinsi Bali.

Di setiap jeda pementasan, Ahda Imran selaku pengamat sastra yang diundang panitia mengapresiasi penampilan para peserta. Dari seluruh penampilan para peserta, Ahda Imran memegang satu kata kunci, “tradisi”. Untuk itu, ditengah kebingungan dalam memilih peserta terbaik, Ahda Imran lebih memilih penampilan peserta dari Provinsi Kalimantan Selatan atas nama pelestarian tradisi dan pertimbangan regenerasi. Hal ini bukan berarti bahwa penampilan dari provinsi lain lebih jelek. Ahda justru lebih melihat kekagumannya atas keberanian peserta dari luar pulau Jawa tersebut yang datang seorang diri untuk memperkenalkan seni tradisi milik budaya masyarakatnya yang justru hampir punah.
Seiring dengan banyaknya peserta yang tampil, banyak pula hal yang dilontarkan oleh Ahda. Selain membahas benturan antara tradisi dan modernitas, Ahda juga menjelaskan mengenai pentingnya karya sastra sebagai upaya untuk melawan lupa. Melalui karya sastra, berbagai kejadian tentang manusia dan kemanusiaan didokumentasikan dengan caranya sendiri untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan cerminan di masa yang akan datang.


Terlepas dari hasil apresiasi Ahda, Hadi AKS, sastrawan Sunda yang pernah pula membimbing siswanya saat mengikuti kegiatan Jambore Sastra tahun 2009 ini menilai positif hasil kerja panitia yang mampu menyediakan tempat yang representatif untuk suatu pertunjukan sastra. Demikian juga tanggapan penonton yang menilai bahwa kegiatan Jambore Sastra ini sangat bermanfaat baik dalam hal menambah pengalaman bersastra maupun membentuk jaringan pertemanan antarpeserta. (MSH)

Indah Mulia

Sedang kita menghitung hari
dari waktu
Sedang kita tak tahu indah
Sedang kita adalah mulia
dan apakah yang terjadi
jika indah dan mulia tidak ada?


yang terjadi adalah kepalsuan
dari keduanya

Selasa, 19 Mei 2015

Dialektika malam

sering kusebut kau bunga mawar
yang akan tumbuh disimpang jalan
mematung pada pasir dan lukamu
dengan sayu
pernahkah kau bertanya padaku?
tentang beberapa garis lurus luka
yang sering kau sebut gelisah
atau semacam penasbihan luka lain
berikan aku juga makna
dalam setiap derai jiwamu
serta kau tahu?
berikan sentuhan pada jari-jarimu
jika itu sebuah keadaan
yang melegahkan

Bangkit Prayogo

Minggu, 10 Mei 2015

NOSTALGIA



 Nostalgia kisah kita bernama embun
Senja mengalir dari pelupuk air kencing
Mengisahkan bibir dan topi-topi basah dengan hujan
Serta keringat pilu bercucuran dari sajak cinta
Dan kita saling menatap dengan alis-alis rindu
Aku ingin menggenggam kuku-kuku dan jasmu
Membawa payung, membiarkan air mata menjadi perahu
Retak-retak batu semakin hancur menjelma petir

Aku ingin mendengarkan nostalgia lagu denganmu
Dan perahu-perahu disimpang kisahku ini
Akan berlubang di air tanah dan terbakar bagai canda-canda
Aku akan mengisahkan ini bersama waktu
Dengan rasa ingin kucium lekuk kepala dan buah-buah segar
Di piring dekat jendela rumah
Inginku, mengenangmu dengan nostalgia

Sebenarnya aku hanya mencoba menjadi asap
Tak bisa hilang jika tanpa angin
Aku ingin rasa asap ini, menjadi embun diujung laut dan patung karang
Kisahku telah berserakan hinggan nanti karam
Mengilhami kitab-kitab kerudung yang basah
Dan akan mengerti sehingga nostalgia ini akan jatuh
Ke wujud cinta bernama; rasa malu burung-burung gereja jatuh ke jantung dosa
Sejak dulu, ketika aku ingin membelaimu dan melihat gemercik hujan
Berkatilah helai rambutmu dipundakku menjadi kisah romantik
Rasaku, akhirnya mengendap di jantung dengan sendiri, menjadi kayu rapuh

Jumat, 08 Mei 2015

SAJAK TERDAHULU



SAJAK TERDAHULU

Lembaran kertas kosong punah
Disertai lambang kejora dari tanah
Luka dan pemberontakan
Atau kisah romantis
Bagai kumbang bercumbu dengan ibu
Terlampau kisah ini
Jika sejak dahulu tidak ada kata
Dengan ganjaran galaksi
Merah, biru, kuning, itu sama
Hanya warna ; sesal tiada punah
Sebab gemuruh pantai tiada sepi
Menjulang bagai cerita tragis
Yang dibuat dalam api
Dalam sedih
Dalam kepunahan
Dalam penderitaan;“dalam”
Bukan kaum-kaum borjuis
Tidak ada pesan selain tadi
Luka, perih, sedih-
bagai bulan terpanggang di arah angin
sebab, satu persatu kaca terbuka
bayangan pergi ke-
simbol tulisan
hanya telah hilang,
sampai tidak ada bekas
yang mengerti akannya lagi
bulan, jatuh ke masing-masingepiskop
sejarah yang akan datang
memulai gugusan pasir
jalan, dan selembar kertas
tentang kehidupan
bukanlah tradisi merah
atau tarian bermuka dua
hanya selembar kertas dengan daun
dengan bunga, dan cinta
hanya semua jika
tetap hal-hal dimana kertas itu-
mulai kusam, terlupakan, sendiri-
seperti manusia yang terdampar
oleh waktu dan jarum jam
selembar kertas, tinta hitam
dan sebuah latar kayu dari atap
mulai roboh pada sejarah
pada kenangan, pada hal-hal dimana-
kita merasa sepi, dan sendiri.


KONSEP KERJA POSTRUKTURALISME




Postrukturalisme hadir dalam keramaian kita tentang paham strukturalis, postrukturalisme memberikan hadiah yang begitu penting terhadap pemikiran-pemikiran yang selalu terpusat terhadap sesuatu. Dalam hal ini paham postrukturalis seolah membuat sistem dalam kehidupan kita tidak selalu benar, lebih kongkritnya adalah tentang nilai-nilai yang selama ini kita anggap benar. Sejarah itulah yang ingin diangkat dalam paham-paham postrukturalisme.
Dalam kehidupan kita selalu dihadapkan dengan nilai-nilai yang selama ini kita anggap benar, disatu sisi kita seolah melupakan hakikat yang sebenarnya ada dalam hidup ini. Kejadian-kejadian yang sedemikian rupa inilah yang ingin diangkat oleh paham postrukturalis, atau oleh tokoh-tokoh postrukturalisme. Dalam banyak hal, paham strukturalisme menawarkan kepastian dalam hidup, jika dikhususkan lagi, dalam bahasa atau ilmu kebahasaan, paham strukturalis mengenal istilah yang di namakan logosentris. Logosentris ini adalah paham yang mengenal sesuatu yang pasti, keinginan atau makna yang lebih luas itu adalah satu kesatuan, dan tidak akan keluar dari lingkaran-lingkaran makna yang lain. Logosentris sangat mempercayai struktur, dalam hal kebahasaan logosentris semacam kepercayaan yang sulit untuk dilepaskan daham paham strukturalisme, seperti oposisi biner suatu karya sastra.
Ada semacam kepercayaan yang mendalam dalam paham strukturalis, para tokoh strukturalis menganggap bahwa bahasa adalah satu kesatuan utuh, seperti jika ada keramaian di jalan maka itu bisa dipastikan ada kecelakaan, atau jika ada mendung maka akan datang hujan. Nilai-nilai semacam ini hukumnya adalah wajib dipercayai oleh kaum strukturalis, sehingga yang terjadi adalah batasan-batasan yang seolah tidak bisa dibongkar lebih dalam oleh kaum strukturalis. Hal ini sangat bertolak belakang dengan tokoh-tokoh posttrukturalis, mereka menganggap tidak ada kesatuan biner yang utuh, yang ada adalah ke marginalan makna dalam suatu bahasa, pemikiran-pemikiran postrukturalisme adalah cara kerja yang mutakhir, semacam inilah yang ingin diangkat oleh tokoh-tokoh postrukturalis.
Hal yang juga harus dipercayai adalah postrukturalisme tidak menentang  adanya   strukturalisme, justru postrukturalisme ada karena strukturalisme itu sendiri, gampangnya adalah nilai-nilai strukturalisme adalah nilai dasar dari postrukturalisme. Hanya saja tokoh-tokoh postukturalisme mengembangkan apa yang menjadi kelemahan sturkturalisme itu sendiri, seperti kesatuan biner dalam makna, hal ini dikembangkan ke dalam sistem kritik otak kita, makna-makna yang menjadi titik jenuh itu sendiri seakan dibongkar, dipaksa ke hal-hal yang lebih dalam, sehingga titik temunya adalah kepentingan makna yang lain. Hal inilah yang menjadi pembeda dalam arti dangkal, jika dihubungkan dengan karya sastra, maka paham postrukturalisme mengabaikan kesatuan biner dalam makna suatu karya sastra. Pendek kata sebetulnya postrukturalisme adalah bagian dari postmodernisme, sebab kesatuan dalam paham-pahamnya adalah kesatuan itu sendiri, postrukturalisme lebih kepada hal-hal yang menginginkan kepada objek kebahasaan, khususnya karya sastra. Bisa dikatakan jika paham-paham ini adalah paham radikal dari sisi lain manusia, manusia menjawab tantangan kepada pemikirannya sendiri. Tabel berikut adalah pembeda dari paham strukturalisme dan paham postukturalisme.

Table 1.1 strukturalisme
No
Ide dari paham strukturalis
1
Strukturalis menonjolkan kepada sistem tertentu, (Tidak berkembang)
2
Strukturalis menunjukkan bahasa terhadap kesatuan otonom karya itu sendiri, cenderung melupakan subjektifitas suatu karya sastra.
3
Meninggalkan unsur luar karya sastra, sehingga karya sastra menjadi bagian yang kaku, yang hanya menunjukkan suatu karya sastra terlepas dari pandangan masyarakat.

Table 1.2 Postrukturalisme
No
Ide paham postrukturalisme
1
Memandang kesatuan bahasa yang lebih radikal, (lebih luas)
2
Menolak konsep-konsep logosentrisme, lebih mengutamakan filsafat pemikiran terhadap makna.
3
Bahasa sebagai lambing makna yang tak bisa di ungkappan dengan lambing-lambang tertentu.
4
Melambangkan pemikiran-pemikiran mutakhir, dalam artian postrukturalisme sebagai cara yang fantastis untuk menemukan jawaban terhadap suatu makna.
           
Bisa saya katakan jika postrukturalis hadir dalam kajian teori sebagai ruang yang kreatif, hal ini menyebabkan suatu pikiran yang terkadang melupakan apa yang dikatakan sebagai batas, batas ini sebetulnya adalah ruang yang begitu dalam ungkapannya. Tabel diatas menunjukkan jika strukturalis dan postukturalis adalah satu kesatuan paham, kesinambungan ini terlihat dari objek yang dibahas yaitu objek bahasa, tapi arti dalam bahasa itu sendiri melupakan subjek-subjek yang kecil, dan strukturalis melupakan itu semua. Kajian ini melibatkan tumbuh besarnya bahasa dalam ruang imajinasi manusia, dan postrukturalisme mengingatkan itu semua.
Salah satu pembuktian postrukturalisme sabagai cabang kajian yang sangat mengingatkan tentang ruang batas adalah teori dekontruksi, dekontruksi terkenal dengan pengangkatan ruang struktur yang lebih dalam, struktur-struktur itu dibongkar bagaikan bangunan yang ingin dirobohkan. Dekontruksi hadir dalam kajian teori sebagai alternatif pandangan yang menarik.  Dekontruksi menolak kesatuan biner terhadap karya sastra, dalam karya sastra kesatuan bahasa atau kesatuan karya sastra yang dianggap benar oleh strukturalis belum tentu dianggap benar oleh postrukturalisme, ruang-ruang kesamaan itu melebihi persaudarann sesama manusia.
Dalam karya sastra puisi, dekontruksi melebihi kemampuan yang dangkal, kita akan diajak kepada ruang imajinasi yang tinggi. Penawaran yang dianggap tidak penting akan dianggap penting oleh dekontruksi, dekontruksi menawarkan sitem paten dari strukturalis, maka__dari__itu__dekontruksi adalah bagian penting dari kesatuan kajian teori postukturaliseme itu sendiri. Langkah membaca dekontruksi melebihi pembacaan yang sederhana, pembaca membuat imajinasi-imajinasi yang tinggi dengan ruang kosong, dan sebisa mungkin paham itu sendiri melebihi keinginan dari objektifitas bahasanya. Keinginan untuk melebihi bahasa itu sendiri diungkapkan dengan paham-paham yang tidak mendasar, bisa di katakan memulai dengan filsafat. Berikut proses pencarian dalam dekontruksi.
DIAGRAM :
Analisis jalan dekontruksi (postrukturalisme):
Rounded Rectangle: PEMAHAMAN Rounded Rectangle: KARYA SASTRA 













 











              Tabel di atas menunjukkan proses yang tidak terduga dalam bidang dekontruksi, kemampuan produksi makna sangat mempengaruhi sedalam mana pencarian makna itu sendiri, kesatuan biner yang didapat adalah kemungkinan-kemungkinan yang lain. Dalam dekontruksi hal yang pasti belum tentu pasti, hal tidak pasti justru kadang-kadang pasti, selangkah mengambil kesatuan-kesatuan yang tidak utuh, seperti snaiper yang mencari mangsa untuk di tembakkan ke calon musuh. Tabel di atas, mengambil proses yang begitu panjang pada makna, bermain makna sangat menentukan selama makna itu sendiri tidak lepas dari perkembangan makna yang lain, dan tetap terproduksi dalam tempo pikiran yang tepat. Seperti dalam kutipan puisi berikut :
                Mengkudu, dengan roman bopeng lucu
              Dan bau yang memendam rahasia waktu
              Melengkapi prasangka bahwa tubuh
              Ngandung benih sengsara
              Terlihat bait dalam salah satu baris puisi tersebut mempunyai arti yang sebetulnya berkesinambungan, hal itu ditunjukkan dengan kata Mengkudu dan bau kata tersebut mempunyai kesatuan arti yang berkesinambungan. Buah mengkudu terkenal dengan baunya, apalagi rasa dari buahnya, hal ini sependapat jika sesuatu itu memang tidak akan lepas dari makna yang berhubungan. Dalam kata Tubuh dan Benih sangat terasa jika penyair dalam hal ini Jimmy Maruli Alfian mengungkapkan dengan bahasa imajinasi yang aneh, dan saya menangkap bahwa didalam tubuh terkandung benih-benih yang lain, manusia mempunyai sisi keganjilan dalam tubuhnya. Dengan keganjilan tersebut manusia mengharapkan prasangka-prasangka yang tidak jenuh, jika dikaitkan dengan ke sinambungan tadi maka itu sangat bertolak belakang, hal ini di sampaikan dengan kekhasan penulis itu sendiri. Makna-makna itu seolah disatukan dalam kata sengsara, dapat dipahami jika sengsara adalah bentuk keprihatinan manusia terhadap hidup. Keserakahan itu ditunjukkan penyair dalam bait yang begitu bersahaja. Bersehaja takaran yang tidak logis.
              Adanya kesinambungan antara mengkudu, bau, tubuh, dan sengsara. Hal ini mengakibatkan jika puisi ini memang menelaah keganjilan hidup seorang manusia, tetapi dalam bait terakhir puisi ini penyair kembali menawarkan makna-makna yang serius dalam pengartian dalam.

              Bapak, untuk apa kau tanam pepohon di sana
              Kalau hanya membuat rimbun sengketa?
              Biarlah ku tebang pohon laranganmu
              Agar kuganti singkong atau mengkudu                     

              Kepandaian penyair dalam mengikat bagian-bagian katanya, dalam kata Bapak dan sengketa, kemudian pohon dan singkong, mengkudu lebih kepada permainan benda-benda yang diinginkan manusia, perebutan sengketa. Tapi dalam hal ini adalah lumrah ketika itu semua disatukan dengan perubahan-perubahan pikiran dan zaman. Ketidakwarasan itu seakan menjadi hal yang pasrah, tidak dalam arti yang negatif. Kesatuan-kesatuan biner ini mengembalikan makna ke makna yang lain, kata mengkudu dan singkong terus saja kembali pada makna yang berputar, dengan kata lain ada kemungkinan yang ingin di maksudkan penyair dalam puisinya, selalu kemungkinan ini berkembang. Ada kesan jika inilah takdir kepada keadaan, keadaan dimana kesatuan biner tidak mempunyai analisa yang utuh, kata singkong dan mengkudu identik dengan kemiskinan, dan hal ini yang penyair harapkan, keberadaan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang lain.
              Ada kesengajaan untuk menentukan waktu, dimana ketidak langsungan itu berhubungan dengan makna yang lain, dan terus saja berputar pada kemungkinan. Ada hal dimana singkong dan bapak adalah makna tidak berhasil dari hidup. Bapak identik dengan ketidakpastian, anak identik dengan pengharapan, dan singkong serta lainya identik dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Berikut tabelnya:
Singkong
Kemiskinan (kenyataan yang harus diterima)
Mengkudu
(kepahitan hidup) tapi lebih kepada tindakan yang harus disadari
Bapak
Makna yang tidak wajar, tidak baik
Bau
Keselarasan dalam bait yang terkait
Benih
Hidup yang tidak pasti
sengsara
Kenyataan yang harus diterima
prasangka
Tindakan yang wajar, jika itu memang menguntungkan
             
              Postrukturalisme memandang, gejala-gejala yang tidak wajar dalam dunia ini, khususnya gejala dalam kebahasaan, menolak adanya lambang-lambang yang ditentukan. Kemungkinan terus saja berkembang ke dalam ketidakpastian, berfikir dengan mutakhir memang harus dimiliki oleh kita semua, pemahaman postrukturalisme memberikan paham-paham kesana, tentang kebebasan makna yang radikal, yang dengan sengaja diberikan, tidak ditentukan oleh kesatuan makna yang sudah ada.

Bangkit Prayogo__Majalah Indeks, edisi ke-8