SIGMUND FREUD ; HASRAT
Dia adalah
“kemurnian” dalam bidang Psikologi modern, kajiannya bertentangan dengan
beberapa pemikir Psikologi lainnya, yang menganggap Psikologi sebuah ilmu
tentang gerak-gerik genetik “umum”. Freud datang dalam dunia imajiner, disebuah
tahun yang memang sedang merindukan pendekatan “tidak wajar” dari lainnya.
Dari sebuah
kajian ilmiahnya dengan percaya diri dia memperkenalkan sebuah metode
pendekatan baru “Psikoanalisis” yang mengedepankan gerak permasalahan manusia
dari hal yang “tidak terlihat”. Dia mengamalkan kepribadian sebagai tindak tutur
tidak sadar, yang nantinya mengamalkan ke—dalam stimulus-yang dia sendiri
“tidak sadar” akan itu. Tidak sadar adalah “sadar”.
Dengan
mengamalkan tentang “kepribadian” Freud sadar jika manusia adalah mahkluk penuh
“hasrat”, didalamnya tumbuh-partikel-partikel kecil untuk memuaskan dirinya
sendiri. Bidang yang secara tidak sadar dia peroleh selama tingkatan “imaji”.
Freud percaya jika hasrat akan bisa dibebaskan dengan sebuah pengalaman
“pribadi” seseorang tersebut, yang dia amalkan sebagai tajuk ideologi “sadar”.
Tingkatan hasrat tadi sudah akan menjadi partikel-partikel yang alami yang akan
membunuh hasratnya sendiri.
Sebagaian dari
pemikiran Freud umunya adalah gejala yang sudah terjadi, dan sedang untuk
melewati masa “kritis”. Dalam kajiannya, dia menganggap hasrat akan datang jika
hasrat itu tida tersalurkan dengan “imajinya”. Secara umum pada-pendekatan
“Psikoanalisis” Freud menduga itu semua gejala yang sama yang dialami oleh
hewan pada “umumnya”. Dengan demikian, ketika hasrat berada menguasai jiwa
manusia, Freud percaya jika Manusia sama halnya dengan “Hewan”.
Demikian juga
halnya, ketika sedang mengendalikan “hasrat” jiwa dan pikiran hanyalah
bentuk-bentuk partikel itu, sebab ruang “sadar” Manusia sudah terkekang oleh
keberadaan jiwa lainnya. Beberapa partikel yang dikuasai “hasrat” tadi ber-ujung
dengan pendekatan “negatif”. Sebuah ruang yang hanya dimiliki “Manusia”,
manusia sedang mempunyai “pikiran”. Yang harusnya mendapatkan daya positif agar
geraknya tidak terulang sebagai penolakan yang utuh. Ketika itu, “Hasrat”
berupaya menjadikannya tindakan untuk memperoleh hasil lainnya. Tindakan itu
akan berujung sebagai tingkatan “makna”-adalah sebab ketika tingkatan itu akan
merumuskan hipotesis baru.
Ketidaksadaran yang sedang dialami itulah yang menyebabkan
Manusia mempunyai pikiran, yang juga membedakan mereka dengan “Hewan”.
Freud sadar
ketika itu ke-ilmuan untuk bidang Psikologi sedang melaju pada jalan “salah”,
sebab dia melihat pola-pola pemikiran Psikologi pada waktu itu
memberangkatkannya dengan gejala-gejala “genetik” dan gejala “sadar”,
gejala-gejala itu sudah berupa “dampak” dari gejala “tidak sadar” yang sudah
terlewatkan. Stimulus itu sekedar merumuskan kajiannya sendiri. Sedangkan Freud
mereduksi titik “tidak sadar” dalam Manusia, hasrat berada pada bagian itu.
Jiwa adalah “kegundahan”, “imajinasi”, “kepuasan” dan “pikiran”. Dalam
kaitannya itu Freud mengatakan jika jiwa adalah
Manusia, dan Manusia adalah
jiwa. Hasrat merupakan kajian menarik-sedangkan berifikirnya tidak melupakan
ranah “sadar” itu sendiri.
Ketika awal abad
20 datang dengan “modernitas” atau ketika dewa-dewa dalam Hindu menyaksikan
ke-biadaban Manusia modern, semua adalah sebab “Hasrat” yang tidak terkendali.
Freud
mengamalkan kajiannya untuk memprediksi kejadian-kejadian jiwa yang akan
semakin menakutkan. Kejadian-kejadian itu adalah ruang “tidak sadar” Manusia
yang di-kuasai oleh jiwanya sendiri, bagaimana Ayah membunuh anaknya sendiri,
Ibu diperkosa anak sendiri, dan pembunuhan-pembunhan di atas batas normal.
Hasrat yang dikatakan Freud merujuk pada hal ini, ketika “Manusia” tahu
seberapa “pintar” hasrat mempermainkan keadaaan.
Freud agaknya
merasakan itu semua, dia seperti mempermainkan waktu dan memutar memorinya
untuk mengingatkan “masa depan” pada waktu itu. Dia ada disekitar kita, mengamati
kita, mengamalkan kita ke-dalam Tuhan, mempercayai “seks” sebagai Tuhan, dan
mengajak kita melakukan hasrat dengan halus. Freud sadar, jika masa depan
tidak-lah seindah harapan.
Dia dengan
“ke-hasratannya” telah di-makamkan pada tahun 1939-dengan itu, anggapan
telah tiba, dan bukti telah ada. Freud sedang menyamar disebuah stasiun, di-dekat
pertokoan yang menjual makanan ringan, sedang melihat dan mengamati Manusia
“ber-ciuman’ di-depan orang, dengan telanjang.
Bangkit
Prayogo, 27-04-2015 ___Majalah Indeks edisi ke-2
0 komentar:
Posting Komentar