Sebanyak
sembilan provinsi mengikuti Jambore Sastra 2012. Kegiatan yang
dilaksanakan pada tanggal 12 s.d. 15 Juni tersebut menampilkan sejumlah
pertunjukan sastra yang digelar di Taman Budaya Jawa Barat. Mengawali
kegiatan tersebut, tampil grup musikalisasi puisi Senandung Beranda yang
beranggotakan para pegawai Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat. Setelah
sambutan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, pada kesempatan itu
Visarah Novika yang baru saja memenangi pemilihan Duta Bahasa Tingkat
Provinsi Jawa Barat menampilkan kebolehannya menari. Selanjutnya, para
peserta dari Sembilan provinsi pun menampilkan pertunjukannya.
Ada
hal yang patut dicatat dalam kata sambutan yang disampaikan oleh Kepala
balai Bahasa provinsi Jawa Barat berkenaan dengan kenyataan sejarah.
Dalam sambutannya tersebut, Drs. Abdul Khak, M.Hum. menjelaskan bahwa
kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya dari sejumlah balai yang
tergabung dalam Paguyuban Balai/Kantor Bahasa Se-Indonesia Timur untuk
memberi ruang dalam jiwa generasi muda untuk mengapresiasi sastra.
Merujuk kepada sejarah bangsa-bangsa di masa lalu, Kepala Balai meyakini
bahwa kemajuan peradaban suatu bangsa lebih banyak ditentukan oleh hal
yang nonfisik semacam pemikiran sebagaimana yang terjadi pada bangsa
Yunani. Untuk itu, Ia berharap agar kegiatan mengapresiasi sastra ini
untuk tetap terus dilanjutkan seraya mencari model apresiasi sastra yang
lebih baik lagi.
Dalam
acara inti, yaitu penampilan para peserta, perwakilan dari Provinsi
Kalimantan Selatan menjadi peserta pertama yang tampil di atas panggung.
Selanjutnya diikuti berturut-turut oleh perwakilan dari Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa
Barat, Jawa Timur, Banten, dan diakhiri penampilan dari provinsi Bali.
Di
setiap jeda pementasan, Ahda Imran selaku pengamat sastra yang diundang
panitia mengapresiasi penampilan para peserta. Dari seluruh penampilan
para peserta, Ahda Imran memegang satu kata kunci, “tradisi”. Untuk itu,
ditengah kebingungan dalam memilih peserta terbaik, Ahda Imran lebih
memilih penampilan peserta dari Provinsi Kalimantan Selatan atas nama
pelestarian tradisi dan pertimbangan regenerasi. Hal ini bukan berarti
bahwa penampilan dari provinsi lain lebih jelek. Ahda justru lebih
melihat kekagumannya atas keberanian peserta dari luar pulau Jawa
tersebut yang datang seorang diri untuk memperkenalkan seni tradisi
milik budaya masyarakatnya yang justru hampir punah.
Seiring
dengan banyaknya peserta yang tampil, banyak pula hal yang dilontarkan
oleh Ahda. Selain membahas benturan antara tradisi dan modernitas, Ahda
juga menjelaskan mengenai pentingnya karya sastra sebagai upaya untuk
melawan lupa. Melalui karya sastra, berbagai kejadian tentang manusia
dan kemanusiaan didokumentasikan dengan caranya sendiri untuk dapat
dimanfaatkan sebagai bahan cerminan di masa yang akan datang.
Terlepas
dari hasil apresiasi Ahda, Hadi AKS, sastrawan Sunda yang pernah pula
membimbing siswanya saat mengikuti kegiatan Jambore Sastra tahun 2009
ini menilai positif hasil kerja panitia yang mampu menyediakan tempat
yang representatif untuk suatu pertunjukan sastra. Demikian juga
tanggapan penonton yang menilai bahwa kegiatan Jambore Sastra ini sangat
bermanfaat baik dalam hal menambah pengalaman bersastra maupun
membentuk jaringan pertemanan antarpeserta. (MSH)
0 komentar:
Posting Komentar