Nostalgia kisah kita bernama embun
Senja mengalir dari pelupuk air kencing
Mengisahkan bibir dan topi-topi basah dengan
hujan
Serta keringat pilu bercucuran dari sajak cinta
Dan kita saling menatap dengan alis-alis rindu
Aku ingin menggenggam kuku-kuku dan jasmu
Membawa payung, membiarkan air mata menjadi
perahu
Retak-retak batu semakin hancur menjelma petir
Aku ingin mendengarkan nostalgia lagu denganmu
Dan perahu-perahu disimpang kisahku ini
Akan berlubang di air tanah dan terbakar bagai
canda-canda
Aku akan mengisahkan ini bersama waktu
Dengan rasa ingin kucium lekuk kepala dan
buah-buah segar
Di piring dekat jendela rumah
Inginku, mengenangmu dengan nostalgia
Sebenarnya aku hanya mencoba menjadi asap
Tak bisa hilang jika tanpa angin
Aku ingin rasa asap ini, menjadi embun diujung
laut dan patung karang
Kisahku telah berserakan hinggan nanti karam
Mengilhami kitab-kitab kerudung yang basah
Dan akan mengerti sehingga nostalgia ini akan
jatuh
Ke wujud cinta bernama; rasa malu burung-burung
gereja jatuh ke jantung dosa
Sejak dulu, ketika aku ingin membelaimu dan
melihat gemercik hujan
Berkatilah helai rambutmu dipundakku menjadi
kisah romantik
Rasaku, akhirnya mengendap di jantung dengan
sendiri, menjadi kayu rapuh
0 komentar:
Posting Komentar