Hilangnya Sejarah
Masyarakat
Lumpur, Peradapan
sebelum adanya Manusia hanyalah bagian-bagian berupa alam semesta. Kecenderungan
mewujudkan situasi yang di luar akal dan nilai-nilai yang tidak jelas tergambar
dengan nyata, melalui kesadaran. Bersama dengan berjalannya waktu, sebuah
peradaban memulai kajian-kajian berupa benda-benda dan kehidupan bernama
evolusi. Melalui kekuatan sang-alam yang tetap sangat berpengaruh dengan
kekuatan-kekuatan di batas akal.
Terwujudnya Manusia diyakini telah
akan terjadi saat alam menyatu dengan kekuatan semesta. Dimana tergambar dan
terekam keadaan dalam suatu ruang dimensi, dengan berharap jika alam itu
sendiri berhubungan pada gejala-gejala di luar akal. Situasi itulah yang
memungkinkan Tuhan sebagai otoritas agama untuk menciptakan Manusia dengan caranya.
Sejarah yang harus di akui keberadaannya. Pada gejala yang lain, sejarah mulai
mencatat bersama waktu untuk pergi mengikuti masa depan, dalam setiap detik,
menit, jam, bulan dan tahun. Sejarah ialah anak sang-alam yang telah
ditakdirkan untuk tenggelam bersama waktu.
Ketika keadaan waktu bergiliran
menelanjangi Manusia dan peradaban, sejarah mengulang lagi retakan-retakan
untuk di rekam dalam situasi normal dengan adanya Manusia itu. Sejarah akan
menenggelamkan waktu dengan menuntut apa yang dikatakan dengan kebenaran. Sebuah
wacana untuk mencari kebenaran dari sang-waktu. Seperti telah diatur jika
sejarah menuntut adanya klausalitas dengan mengadakan perjanjian bersama waktu.
Dan masa depan menuntut hal-hal tersebut sambil menunggu kebenaran tercapai.
Telah terekam oleh waktu, jika
peradaban akan hadir setelah sejarah mencapai batasnya. Pada situasi sekarang,
alam semesta dan unsur-unsurnya ingin menunjukkan gejala tersebut melalui
sejarah rekaman lalu. Beribu-ribu sebelumnya, melewati dimensi waktu dan
mencari keadaan dimana ruang-ruang kosong tampak menelanjanginya. Dimensi dan
keadaan Manusia akan tercapai punah suatu saat, sejarah sedang memberikan
pengadilan yang adil dengan berbicara pada masa depan dan alam. Itulah rasa
kekhawatiran terjadi, melebihi ruang dan waktu.
Sejarah akan hilang, sejarah akan
mencari kebenaran dengan menuntut kepada Manusia. Sang alam semesta justru menunggu keadaan
waktu yang adil untuk memusnahkan keberadaan Manusia. Dan sampailah pada
keadaan dimana tidak ada lagi kehidupan, keadilan, kebencian, keharuan,
kebenaran, kekhawatiran, kecemasan dan sebagainya. Yang ada hanya kekosongan
bentuk, tanpa udara, tanpa benda-benda yang menghiasi peradaban. Situasi seperti
itu kelak akan terjadi entah kapan. Dan itulah letak dimana sejarah akan
hilang, akan mencari letak waktu untuk memulai peradaban baru, mungkin dengan
tanpa Manusia sendiri, dan mungkin juga tanpa ada-nya Tuhan untuk
menciptakannya.
Bangkit Prayogo, Masyarakat
Lumpur, Majalah Indeks edisi ke-9
0 komentar:
Posting Komentar