Minggu, 07 Juni 2015

Hilangnya Sejarah



Hilangnya Sejarah
      Masyarakat Lumpur, Peradapan sebelum adanya Manusia hanyalah bagian-bagian berupa alam semesta. Kecenderungan mewujudkan situasi yang di luar akal dan nilai-nilai yang tidak jelas tergambar dengan nyata, melalui kesadaran. Bersama dengan berjalannya waktu, sebuah peradaban memulai kajian-kajian berupa benda-benda dan kehidupan bernama evolusi. Melalui kekuatan sang-alam yang tetap sangat berpengaruh dengan kekuatan-kekuatan di batas akal.
Terwujudnya Manusia diyakini telah akan terjadi saat alam menyatu dengan kekuatan semesta. Dimana tergambar dan terekam keadaan dalam suatu ruang dimensi, dengan berharap jika alam itu sendiri berhubungan pada gejala-gejala di luar akal. Situasi itulah yang memungkinkan Tuhan sebagai otoritas agama untuk menciptakan Manusia dengan caranya. Sejarah yang harus di akui keberadaannya. Pada gejala yang lain, sejarah mulai mencatat bersama waktu untuk pergi mengikuti masa depan, dalam setiap detik, menit, jam, bulan dan tahun. Sejarah ialah anak sang-alam yang telah ditakdirkan untuk tenggelam bersama waktu.
Ketika keadaan waktu bergiliran menelanjangi Manusia dan peradaban, sejarah mengulang lagi retakan-retakan untuk di rekam dalam situasi normal dengan adanya Manusia itu. Sejarah akan menenggelamkan waktu dengan menuntut apa yang dikatakan dengan kebenaran. Sebuah wacana untuk mencari kebenaran dari sang-waktu. Seperti telah diatur jika sejarah menuntut adanya klausalitas dengan mengadakan perjanjian bersama waktu. Dan masa depan menuntut hal-hal tersebut sambil menunggu kebenaran tercapai.
Telah terekam oleh waktu, jika peradaban akan hadir setelah sejarah mencapai batasnya. Pada situasi sekarang, alam semesta dan unsur-unsurnya ingin menunjukkan gejala tersebut melalui sejarah rekaman lalu. Beribu-ribu sebelumnya, melewati dimensi waktu dan mencari keadaan dimana ruang-ruang kosong tampak menelanjanginya. Dimensi dan keadaan Manusia akan tercapai punah suatu saat, sejarah sedang memberikan pengadilan yang adil dengan berbicara pada masa depan dan alam. Itulah rasa kekhawatiran terjadi, melebihi ruang dan waktu.
Sejarah akan hilang, sejarah akan mencari kebenaran dengan menuntut kepada Manusia.  Sang alam semesta justru menunggu keadaan waktu yang adil untuk memusnahkan keberadaan Manusia. Dan sampailah pada keadaan dimana tidak ada lagi kehidupan, keadilan, kebencian, keharuan, kebenaran, kekhawatiran, kecemasan dan sebagainya. Yang ada hanya kekosongan bentuk, tanpa udara, tanpa benda-benda yang menghiasi peradaban. Situasi seperti itu kelak akan terjadi entah kapan. Dan itulah letak dimana sejarah akan hilang, akan mencari letak waktu untuk memulai peradaban baru, mungkin dengan tanpa Manusia sendiri, dan mungkin juga tanpa ada-nya Tuhan untuk menciptakannya.
Bangkit Prayogo, Masyarakat Lumpur, Majalah Indeks edisi ke-9  

0 komentar:

Posting Komentar