MENGANALISIS KEADAAN
Sejarah mencatat berbagai jenis kebutuhan manusia yang
paling utuh hanyalah kebutuhan jasmani. Kebutuhan-kebutuhan yang lain hanya
sekedar ekploitasi-okploitasi tertentu untuk mengangkat derajat dari kebutuhan
itu. Sekedar mengingatkan jika suatu saat manusia akan juga mengalah pada
jenjang waktu, waktu tidak akan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang jasmani
lagi, sebab waktu telah memberikan stimulus pada keadaan sebagai tolak ukur
jenjang yang baru. Keadaan yang baru inilahnanti bisa menjadi kebiasaan diberbagai
keadaan sosial manusia itu, terkadang berbagai macam keadaan juga melebihi
kepercayaan suatu agama yang dituntut untuk mempengaruhi kaumnya sendiri untuk
patuh, sedangkan keadaan tidak menuntut itu semua, keadaan hanya memberikan
jarak pikir kepada hati manusia untuk segera memutuskan sesuatu. Menjadi
berlebihan juga jika suatu saat keadaan menuntut pasang surutnya waktu di
zamannya, sedangkan masih terlalu banyak keadaan yang tidak atau belum bisa
dipecahkan menjadi keadaan yang di idam-idamkan sendiri.Pola seperti ini
seharusnya melampaui sistem-sistem kemakmuran jika suatu saat system itu sendiri
menjadikannya pelaku utama dalam memperngaruhi keadaan.Kemahiran manusia juga
yang akhirnya dituntut untuk melampaui keadaan tersebut.
Dalam pikiran, kita terkadang menjadikan diri kita
sebagai pelaku yang harusnya dihukum dan diberikan pengampunan dengan
mengarahkan sudut-sudut pola pikir kita. Akhirnya yang terjadi adalah
penghukuman atas diri sendiri, hal yang sedemikian rupa juga telah terwujud
dalam pengaruh pola pikir masyarakat. Masyarakat terlalu melebih-lebihkan
sesuatu yang tidak berlebihan, sehingga muncullah struktur identitas di setiap
individu masing-masing manusia itu. Mengatasinya tinggal bagaimana kita tidak
merasa bersalah akan keadaan, namun menjadi tidak efisien juga ketika terlampau
banyak keadaan yang kita tinggalkan agar kita dengan sendirinya melupakan
keadaan itu sendiri. Banyak yang akhirnya mempercayai untuk membiarkan sesuatu
masalah untuk dibiarkan begitu saja, alasannya adalah untuk tidak terlalu larut
di dalam keadaan itu, tetapi apakah dengan itu keadaan akan menjadi lebih baik?
Saya sedang membicarakan keadaan yang buruk dalam pola umum hidup manusia.
Menurut saya keadaan itu tidak akan menjadi lebih baik, sebab terkadang kita
melupakan kemampuan kesabaran manusia untuk menahan emosi atau berbagai macam
hal. Menjadi terlena mungkin saja, tapi melupakannya tidak bisa. Sejarah juga
mencatat keadaan tidak akan lepas dari pola pikir manusia, sifat-sifat inilah
yang terkadang memunculkan statmen yang berbeda tentang asal usul keadaan.
Apakah menjadi berlebihan jika saya menjadikan keadaan sebagai biang semua
masalah yang ada di dalam dunia ini, di dalam hidup manusia? Lalu apakah bisa
keadaan itu dijadikan sudut pandang yang bermakna di tengah-tengah hal yang
baik atau buruk?, mengapa kita terlalu gampang membiarkan sesuatu yang buruk
bagi hidup kita untuk menentukan sebagai takdir. Betapa tidak menjadi heran
ketika setiap hal yang kita akan tuangkan selalu bercerita akan keadaan,
keadaan akan bahkan harus ada sebagai bahan pikir kita semua (manusia) artinya
adalah banyak ruang-ruang kosong yang telah dijadikan objek ilmiah para
terpelajar untuk selalu menuangkan sifat dalam otaknya itu. Inilah yang menjadi
sebab mengapa keadaan tidak lebih menakutkan daripada hal-hal yang tidak pasti
sekalipun.
Dengan menganalisis setidaknya ada ruang-ruang yang tersusun
rapi dari setiap permasalahan yang diakibatkan oleh keadaan, sebab yang lain
mungkin telah mempengaruhi ketidakseimbangan batin. Imajinasi yang terlalu
berlebihan meluapkan imajinasi yang lain untuk tidak kembali lagi menjadi ruang
terkecil. Begitu tampak jika dari permasalahan ini, manusia atau kita
diwajibkan untuk mengarahkan pola menganalisis menjadi budaya yang ekstra
kuat. Tidak menjadi lebih baik ketika kita sendiri yang juga mengakui keadaan
itu adalah ruang pendewasaan secara alamiah. Ruang-ruang pendewasaan ini serasaakan
membuang argument negatifakan kekuatan yang lain itu. Dasar-daasr inilah yang
dijadikan rujukan terhadap pola untuk menjalankan permasalahan yang akan diatur
oleh keadaan, keadaan tidak menuntut apapun dari permasalahan hidup kita, kita
justru acuh akan hal sekecil ini. Terlalu kasar unutk memperhatikan sesosok
bayangan lain yang kita sendiri tidak tahu dengannya, artinya adalah
kemungkinan itu berupaya untuk menghilangkan segala macam bentuk kegelisahan
yang terlalu berlebihan. Banyak yang pada akhirnya mengerti jalan hidup mereka
bukan ditentukan oleh keadaan, tapi oleh jalan yang secara realistis
ditempuh. Saya termasuk manusia yang tidak percaya keajaiban. Keajaiban selalu
menawarkan kebahagiaan, justru saya menganggap kepercayaan adalah letak dari
kebahagiaan yang tidak utuh.Lalu keadaan telah menolak anggapan-anggapan jika
manusia selalu kalah dengan aturannya sendiri. Mengapa?Sebuah wacana yang
harusnya terpecahkan.
Pengaruh keadaan tetap akan kembali lagi kepada
permasalahan sebelumnya, keadaan seolah mengekang daya jiwa pada manusia,
keadaan menawarkan stimulus dengan acuan doktrin tertentu. Misal terlalu banyak
ingatan yang buruk bagi hdiupnya, maka ia percaya jika hidupnya akan menderita
selamanya. Jika dikaitkan dengan persoalan-persoalan itu maka bia diungkapkan
jika pengaruh secara pola pikir menjadikannya mundur secara alamiah. Terkenang
serta menganggap dirinya sendiri adalah objek tertentu, sesuatu itu kemungkinan
lebih kepada bangaimana kita mempunyai pikiran negatif akan banyak hal, sesuatu
yang berhargakah? Atau hanya lagi-lagi sebuah wacana terhadap suatu pola pikir
tertentu. Saya akan menganggap diri saya adalah korban keadaan, dimana selalu
banyak hal-hal yang membuat saya merasa tidak berguna, tidak adil, marah dan
lain-lain. saya merasa ada bagian dalam jiwa saya ikut mengontrol apapun yang
ada pada keadaan itu. Dan saya merasa ketika saya menstimuluskan dengan
menghapus itu saya seolah terlahir setelahnya. Dan itu berlanjut seterusnya,
jarang sekali penyakit kembali kambuh.
Keadaan itu adalah musuh sekaligus sahabat, keadaan
bukan terlahir dari dunia ini, bukan dari mitos-mitos, dari misteri, dari
jasmani, keadaan terlahir sebab kita yang tidak peduli, melupakan, dan
membiyarkan. Akan lebih berguna lagi jika setiap paham-paham yang fundamental
ini telah di rasakan, hayati secara penuh.Tinggal bagaimana menganalisis
keadaan itu.
Majalah Indeks edisi ke-3, 04-05-2015
0 komentar:
Posting Komentar