Minggu, 03 Mei 2015

MENGANALISIS KEADAAN



MENGANALISIS KEADAAN

Sejarah mencatat berbagai jenis kebutuhan manusia yang paling utuh hanyalah kebutuhan jasmani. Kebutuhan-kebutuhan yang lain hanya sekedar ekploitasi-okploitasi tertentu untuk mengangkat derajat dari kebutuhan itu. Sekedar mengingatkan jika suatu saat manusia akan juga mengalah pada jenjang waktu, waktu tidak akan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang jasmani lagi, sebab waktu telah memberikan stimulus pada keadaan sebagai tolak ukur jenjang yang baru. Keadaan yang baru inilahnanti bisa menjadi kebiasaan diberbagai keadaan sosial manusia itu, terkadang berbagai macam keadaan juga melebihi kepercayaan suatu agama yang dituntut untuk mempengaruhi kaumnya sendiri untuk patuh, sedangkan keadaan tidak menuntut itu semua, keadaan hanya memberikan jarak pikir kepada hati manusia untuk segera memutuskan sesuatu. Menjadi berlebihan juga jika suatu saat keadaan menuntut pasang surutnya waktu di zamannya, sedangkan masih terlalu banyak keadaan yang tidak atau belum bisa dipecahkan menjadi keadaan yang di idam-idamkan sendiri.Pola seperti ini seharusnya melampaui sistem-sistem kemakmuran jika suatu saat system itu sendiri menjadikannya pelaku utama dalam memperngaruhi keadaan.Kemahiran manusia juga yang akhirnya dituntut untuk melampaui keadaan tersebut.
Dalam pikiran, kita terkadang menjadikan diri kita sebagai pelaku yang harusnya dihukum dan diberikan pengampunan dengan mengarahkan sudut-sudut pola pikir kita. Akhirnya yang terjadi adalah penghukuman atas diri sendiri, hal yang sedemikian rupa juga telah terwujud dalam pengaruh pola pikir masyarakat. Masyarakat terlalu melebih-lebihkan sesuatu yang tidak berlebihan, sehingga muncullah struktur identitas di setiap individu masing-masing manusia itu. Mengatasinya tinggal bagaimana kita tidak merasa bersalah akan keadaan, namun menjadi tidak efisien juga ketika terlampau banyak keadaan yang kita tinggalkan agar kita dengan sendirinya melupakan keadaan itu sendiri. Banyak yang akhirnya mempercayai untuk membiarkan sesuatu masalah untuk dibiarkan begitu saja, alasannya adalah untuk tidak terlalu larut di dalam keadaan itu, tetapi apakah dengan itu keadaan akan menjadi lebih baik? Saya sedang membicarakan keadaan yang buruk dalam pola umum hidup manusia. Menurut saya keadaan itu tidak akan menjadi lebih baik, sebab terkadang kita melupakan kemampuan kesabaran manusia untuk menahan emosi atau berbagai macam hal. Menjadi terlena mungkin saja, tapi melupakannya tidak bisa. Sejarah juga mencatat keadaan tidak akan lepas dari pola pikir manusia, sifat-sifat inilah yang terkadang memunculkan statmen yang berbeda tentang asal usul keadaan. Apakah menjadi berlebihan jika saya menjadikan keadaan sebagai biang semua masalah yang ada di dalam dunia ini, di dalam hidup manusia? Lalu apakah bisa keadaan itu dijadikan sudut pandang yang bermakna di tengah-tengah hal yang baik atau buruk?, mengapa kita terlalu gampang membiarkan sesuatu yang buruk bagi hidup kita untuk menentukan sebagai takdir. Betapa tidak menjadi heran ketika setiap hal yang kita akan tuangkan selalu bercerita akan keadaan, keadaan akan bahkan harus ada sebagai bahan pikir kita semua (manusia) artinya adalah banyak ruang-ruang kosong yang telah dijadikan objek ilmiah para terpelajar untuk selalu menuangkan sifat dalam otaknya itu. Inilah yang menjadi sebab mengapa keadaan tidak lebih menakutkan daripada hal-hal yang tidak pasti sekalipun.
Dengan menganalisis setidaknya ada ruang-ruang yang tersusun rapi dari setiap permasalahan yang diakibatkan oleh keadaan, sebab yang lain mungkin telah mempengaruhi ketidakseimbangan batin. Imajinasi yang terlalu berlebihan meluapkan imajinasi yang lain untuk tidak kembali lagi menjadi ruang terkecil. Begitu tampak jika dari permasalahan ini, manusia atau kita diwajibkan untuk mengarahkan pola menganalisis menjadi budaya yang ekstra kuat. Tidak menjadi lebih baik ketika kita sendiri yang juga mengakui keadaan itu adalah ruang pendewasaan secara alamiah. Ruang-ruang pendewasaan ini serasaakan membuang argument negatifakan kekuatan yang lain itu. Dasar-daasr inilah yang dijadikan rujukan terhadap pola untuk menjalankan permasalahan yang akan diatur oleh keadaan, keadaan tidak menuntut apapun dari permasalahan hidup kita, kita justru acuh akan hal sekecil ini. Terlalu kasar unutk memperhatikan sesosok bayangan lain yang kita sendiri tidak tahu dengannya, artinya adalah kemungkinan itu berupaya untuk menghilangkan segala macam bentuk kegelisahan yang terlalu berlebihan. Banyak yang pada akhirnya mengerti jalan hidup mereka bukan ditentukan oleh keadaan, tapi oleh jalan yang secara realistis ditempuh. Saya termasuk manusia yang tidak percaya keajaiban. Keajaiban selalu menawarkan kebahagiaan, justru saya menganggap kepercayaan adalah letak dari kebahagiaan yang tidak utuh.Lalu keadaan telah menolak anggapan-anggapan jika manusia selalu kalah dengan aturannya sendiri. Mengapa?Sebuah wacana yang harusnya terpecahkan.
Pengaruh keadaan tetap akan kembali lagi kepada permasalahan sebelumnya, keadaan seolah mengekang daya jiwa pada manusia, keadaan menawarkan stimulus dengan acuan doktrin tertentu. Misal terlalu banyak ingatan yang buruk bagi hdiupnya, maka ia percaya jika hidupnya akan menderita selamanya. Jika dikaitkan dengan persoalan-persoalan itu maka bia diungkapkan jika pengaruh secara pola pikir menjadikannya mundur secara alamiah. Terkenang serta menganggap dirinya sendiri adalah objek tertentu, sesuatu itu kemungkinan lebih kepada bangaimana kita mempunyai pikiran negatif akan banyak hal, sesuatu yang berhargakah? Atau hanya lagi-lagi sebuah wacana terhadap suatu pola pikir tertentu. Saya akan menganggap diri saya adalah korban keadaan, dimana selalu banyak hal-hal yang membuat saya merasa tidak berguna, tidak adil, marah dan lain-lain. saya merasa ada bagian dalam jiwa saya ikut mengontrol apapun yang ada pada keadaan itu. Dan saya merasa ketika saya menstimuluskan dengan menghapus itu saya seolah terlahir setelahnya. Dan itu berlanjut seterusnya, jarang sekali penyakit kembali kambuh.
Keadaan itu adalah musuh sekaligus sahabat, keadaan bukan terlahir dari dunia ini, bukan dari mitos-mitos, dari misteri, dari jasmani, keadaan terlahir sebab kita yang tidak peduli, melupakan, dan membiyarkan. Akan lebih berguna lagi jika setiap paham-paham yang fundamental ini telah di rasakan, hayati secara penuh.Tinggal bagaimana menganalisis keadaan itu.

Majalah Indeks edisi ke-3, 04-05-2015

0 komentar:

Posting Komentar